NEMUKABAR.COM, Taipei – Kepolisian Taipei mengungkap bahwa serangan kekerasan yang terjadi di Stasiun Utama Taipei dan kawasan Stasiun Zhongshan pada Jumat lalu telah direncanakan pelaku sejak April 2024. Insiden tersebut menewaskan tiga orang dan menyebabkan sedikitnya 11 korban lainnya mengalami luka-luka.
Pelaku diketahui bernama Chang Wen (27). Ia ditemukan tewas setelah melompat dari sebuah gedung usai melakukan rangkaian serangan. Aparat menegaskan bahwa hasil penyelidikan awal tidak menemukan indikasi keterkaitan dengan jaringan terorisme. Polisi menyimpulkan Chang bertindak seorang diri.
Kepala Divisi Investigasi Kriminal Kepolisian Taipei, Lu Chun-hung, menjelaskan bahwa Chang secara bertahap membeli berbagai perlengkapan yang berpotensi digunakan untuk menyerang sejak April tahun lalu. Fakta tersebut disampaikan Lu dalam konferensi pers pada Minggu dan dikutip sejumlah media lokal.
Menurut penyelidikan, Chang membeli perlengkapan seperti sarung tangan taktis, masker gas, perisai pelindung, hingga alkohol industri melalui platform e-commerce Shopee. Pada Januari 2025, ia juga tercatat membeli 24 bom asap buatan Tiongkok senilai NTD48.000 melalui platform Ruten, dengan dalih akan digunakan untuk kegiatan permainan airsoft survival.
Pada November, Chang kembali melakukan pembelian jeriken bensin, tabung gas, korek obor, dan metil alkohol. Bahan-bahan tersebut kemudian dirakit menjadi bom molotov yang digunakan dalam aksi penyerangan.
“Sebanyak 17 bom asap dilemparkan di area Stasiun Utama Taipei. Empat lainnya terbakar dan hancur di dalam tas yang dibawa pelaku,” ujar Lu.
Ia menambahkan, dua bom asap dilemparkan di Jalan Nanjing Barat, tepat di depan pusat perbelanjaan Eslite dekat Stasiun Zhongshan. Satu bom terakhir yang diarahkan ke pintu masuk gedung dilaporkan gagal meledak.
Media lokal Mirror Media pada Senin (22/12/2025) melaporkan bahwa polisi menemukan sejumlah barang tertinggal di lokasi kejadian, termasuk bom molotov, tabung asap, masker gas, dan sebilah pisau.
Penggeledahan lanjutan mengungkap temuan 15 bom molotov di atap gedung Eslite, lokasi tempat Chang mengakhiri hidupnya. Selain itu, polisi menemukan 23 bom molotov di hotel tempat pelaku menginap, serta lima jeriken bensin di apartemen sewaan Chang di Distrik Zhongzheng.
Polisi menilai pola pembelian yang berlangsung dalam rentang waktu panjang, ditambah penggunaan nama samaran “Chang Feng-yan”, menjadi indikasi kuat bahwa aksi ini telah direncanakan secara matang.
Hingga kini, aparat masih mendalami sejumlah aspek lain, termasuk asal-usul senjata tajam yang digunakan, sumber pendanaan pelaku, isi laptop yang terbakar, serta rekaman kamera pengawas. Kepolisian juga berkoordinasi dengan lembaga keuangan untuk menelusuri kondisi finansial Chang.
Chang diketahui tidak memiliki pekerjaan tetap dan memiliki catatan kriminal dengan surat perintah penangkapan yang belum diselesaikan. Penyelidikan sementara menyimpulkan ia tidak memiliki kaki tangan.
Sejumlah laporan media menyebut Chang pernah bertugas di Angkatan Udara Taiwan, namun diberhentikan akibat kasus mengemudi dalam keadaan mabuk.
Pasca-serangan, Biro Investigasi Kriminal Taiwan (CIB) bekerja sama dengan kepolisian membentuk satuan tugas nasional untuk menekan penyebaran ujaran kebencian dan ancaman kekerasan di ruang digital. Sedikitnya 20 unggahan di media sosial dan forum daring telah ditandai karena mengandung indikasi ancaman. Hingga Minggu, tiga orang dilaporkan telah ditangkap terkait kasus tersebut.
Otoritas Taiwan juga meningkatkan pengamanan menjelang rangkaian perayaan akhir tahun. Wali Kota Taipei Chiang Wan-an menyatakan hampir 700 personel polisi bersenjata dikerahkan untuk mengamankan Taipei Marathon, jumlah ini dua kali lipat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Seluruh petugas dibekali senjata api guna menjamin keselamatan peserta dan mencegah potensi gangguan keamanan.












