Teknologi

Tantangan Generasi Z di Tengah Pesatnya Perkembangan Teknologi

×

Tantangan Generasi Z di Tengah Pesatnya Perkembangan Teknologi

Sebarkan artikel ini
Cuplikan Layar, Komunitas Baca di Lapangam Banteng, Jakarta Pusat.

NEMUKABAR.COM – Generasi Z, atau mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, tumbuh di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital. Sejak kecil, mereka telah akrab dengan internet, smartphone, dan media sosial. Kondisi ini menjadikan Gen Z sebagai generasi paling melek teknologi, namun juga yang paling terpapar tantangan baru yang belum pernah dihadapi generasi sebelumnya.

Salah satu tantangan utama adalah overload informasi. Dengan banjirnya konten dari berbagai platform seperti TikTok, Instagram, YouTube, hingga Reddit, Gen Z seringkali kewalahan membedakan mana informasi yang valid dan mana yang menyesatkan. Akibatnya, mereka berisiko termakan hoaks, disinformasi, bahkan teori konspirasi jika tidak dibekali kemampuan literasi digital yang memadai.

Kesehatan mental menjadi isu serius lainnya. Kecanduan media sosial, tekanan untuk tampil sempurna secara daring, dan budaya perbandingan diri (social comparison) telah memicu lonjakan kecemasan, depresi, dan stres pada remaja dan dewasa muda. Studi dari WHO bahkan menunjukkan bahwa satu dari tujuh remaja di dunia mengalami gangguan kesehatan mental, sebagian besar dipicu faktor digital.

Di sisi lain, budaya instan yang lahir dari kemudahan teknologi juga membuat sebagian Gen Z rentan kehilangan daya juang. Segala hal serba cepat—dari pesan instan, layanan pesan-antar makanan, hingga konten berdurasi 15 detik—mendorong terbentuknya pola pikir instan dan minim kesabaran. Ini bisa menjadi penghambat dalam menghadapi realitas dunia kerja yang menuntut konsistensi dan proses panjang.

Tantangan lainnya datang dari ketergantungan terhadap teknologi. Banyak Gen Z yang sulit lepas dari gawai, bahkan mengalaminomophobia—rasa takut berlebihan saat jauh dari ponsel. Hal ini tidak hanya memengaruhi produktivitas, tetapi juga kualitas interaksi sosial secara tatap muka yang semakin menurun.

Tak bisa dipungkiri, kemajuan teknologi juga mengubah cara Gen Z belajar. Meskipun platform digital mempermudah akses edukasi, namun perhatian yang mudah teralihkan (attention span pendek) menjadi hambatan dalam mendalami ilmu. Banyak siswa Gen Z lebih memilih video singkat ketimbang membaca buku atau artikel panjang, padahal pemahaman mendalam butuh waktu dan fokus.

Dalam dunia kerja, Gen Z menghadapi realitas baru seperti otomatisasi dan kecerdasan buatan. Banyak pekerjaan yang sebelumnya tersedia kini tergantikan oleh mesin atau AI. Gen Z dituntut untuk tidak hanya adaptif, tetapi juga terus meningkatkan skill agar tidak tertinggal, terutama dalam bidang-bidang yang menuntut kreativitas, empati, dan kemampuan berpikir kritis.

Namun, bukan berarti Gen Z tidak punya peluang. Justru dengan akses teknologi yang lebih luas, mereka memiliki keunggulan dalam membangun karier digital, menjadi kreator konten, wirausaha online, bahkan memulai bisnis global dari kamar tidur mereka. Tantangan yang ada justru bisa menjadi pemicu lahirnya generasi inovatif yang solutif dan tangguh.

Untuk menghadapi tantangan tersebut, pendidikan karakter dan literasi digital menjadi kunci. Gen Z harus dibekali bukan hanya dengan keterampilan teknologi, tapi juga etika bermedia, empati sosial, dan manajemen emosi. Peran orang tua, pendidik, dan kebijakan negara sangat krusial dalam membentuk ekosistem digital yang sehat dan memberdayakan.

Tak kalah penting adalah dukungan kesehatan mental yang memadai. Layanan konseling, kampanye kesadaran, hingga komunitas pendukung mental health harus mudah diakses oleh Gen Z. Mereka perlu tahu bahwa tidak apa-apa merasa tidak baik-baik saja, dan ada tempat untuk berbagi serta mendapat bantuan.

Gen Z juga perlu dilatih untuk membangun identitas diri yang otentik, bukan hanya untuk pencitraan di media sosial. Mereka harus didorong untuk mengejar passion, berpikir kritis, dan tidak takut untuk gagal. Sebab, keberhasilan sejati tak bisa diukur dari jumlah likes atau followers.

Kendati banyak tantangan yang dihadapi, harapan tetap besar bagi Gen Z. Mereka adalah generasi yang adaptif, cepat belajar, dan kreatif. Dengan arahan yang tepat, Gen Z dapat menjadi pendorong perubahan positif dalam masyarakat, terutama dalam mendorong transformasi digital yang lebih inklusif dan etis.

Pada akhirnya, teknologi hanyalah alat. Yang terpenting adalah bagaimana manusia—termasuk Gen Z—menggunakannya dengan bijak. Jika tantangan ini bisa diatasi bersama, maka generasi digital ini tidak hanya akan bertahan, tapi juga memimpin dunia ke arah yang lebih baik.

Oleh: Amat Kelrey, Founder mOne

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *