Simpang Lima, Surga Kuliner Malam yang Tak Pernah Sepi di
KULINERAN

Simpang Lima, Surga Kuliner Malam yang Tak Pernah Sepi di Jantung Kota Semarang

×

Simpang Lima, Surga Kuliner Malam yang Tak Pernah Sepi di Jantung Kota Semarang

Sebarkan artikel ini
Foto: Istimewah

NEMUKABAR.COM, Semarang — Saat malam tiba, denyut kehidupan di jantung Kota Semarang justru semakin hidup. Kawasan Simpang Lima menjelma menjadi surga kuliner malam yang tak pernah sepi, memanjakan lidah para penikmat makanan tradisional hingga modern. Dari warung tenda sederhana hingga penjaja kaki lima, semuanya menawarkan cita rasa khas Semarang yang menggoda.

Simpang Lima, yang dikenal sebagai ikon kota dan titik nol Semarang, bukan sekadar pusat keramaian. Setiap sudutnya menyimpan aroma menggoda dari aneka hidangan yang siap menggoda siapa pun yang melintas. Begitu senja turun, deretan pedagang mulai membuka lapak, menjajakan berbagai menu seperti tahu gimbal, soto Semarang, nasi ayam, pecel lele, nasi goreng, hingga wedang ronde hangat.

Ragam Kuliner dalam Satu Titik

Menikmati malam di Simpang Lima berarti menikmati keberagaman rasa dalam satu kawasan. Di sisi utara lapangan, pengunjung bisa menemukan tahu gimbal Bu Edy yang legendaris — campuran tahu goreng, lontong, kol, tauge, dan udang goreng yang disiram bumbu kacang gurih manis. Tak jauh dari sana, ada pula pedagang nasi ayam khas Semarang lengkap dengan krecek dan areh gurih yang nikmat disantap hangat-hangat.

Sementara bagi penyuka kuliner ringan, aneka gorengan, sate ayam, jagung bakar, dan wedang jahe tersaji di berbagai sudut taman. Pengunjung bisa menikmati makanan sambil duduk lesehan di tepi lapangan, menyaksikan keramaian kota dan gemerlap lampu malam.

Suasana yang Menyatu dengan Warga

Keistimewaan Simpang Lima bukan hanya pada ragam kulinernya, tetapi juga pada atmosfer sosial yang menyertainya. Kawasan ini menjadi tempat berkumpulnya warga lokal, wisatawan, hingga komunitas muda.
Banyak keluarga datang untuk bersantai, sementara anak muda menikmati suasana malam sambil kulineran. Musik jalanan dan tawa pengunjung menambah kehangatan suasana yang khas Semarang.

Menurut beberapa pedagang, keramaian kawasan ini tak pernah surut. “Kalau malam minggu bisa penuh dari sore sampai lewat tengah malam,” ujar Bu Wati, salah satu penjual soto ayam di Simpang Lima, kepada Nemukabar.com. “Yang datang bukan cuma orang Semarang, tapi juga wisatawan dari luar kota yang memang sengaja mampir ke sini buat makan.”

Pusat Kuliner dan Identitas Kota

Bagi banyak warga Semarang, Simpang Lima bukan sekadar lokasi wisata, melainkan simbol kehidupan kota yang dinamis dan terbuka. Kawasan ini memperlihatkan bagaimana kuliner menjadi bagian penting dari identitas budaya lokal.

Dengan harga makanan yang terjangkau dan cita rasa yang konsisten, Simpang Lima terus menjadi magnet bagi siapa pun yang ingin merasakan denyut malam kota di tengah aroma makanan yang menggoda.

Menikmati Malam, Menikmati Semarang

Tak berlebihan jika Simpang Lima disebut sebagai “jantung rasa” Kota Semarang. Di sinilah, makanan, musik, dan suasana bercampur menjadi satu — menghadirkan pengalaman kuliner yang tak hanya mengenyangkan perut, tapi juga menghangatkan hati.

Jadi, jika Anda berkunjung ke Semarang, sempatkan berjalan kaki menyusuri Simpang Lima pada malam hari. Nikmati sepiring tahu gimbal, seruput wedang ronde, dan rasakan bagaimana kuliner sederhana bisa menjadi cara terbaik memahami jiwa sebuah kota.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *