NEMUKABAR.com - Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia (JMI), Islah Bahrawi, melontarkan kritik pedas terhadap pernyataan politisi Partai Gerindra, Habiburokhman, yang dinilai tidak substantif dalam menanggapi kritik dari mantan Menko Polhukam, Mahfud MD.
Polemik ini bermula ketika Mahfud MD menyampaikan kritik tajam terkait wacana Presiden terpilih Prabowo Subianto untuk memberikan pengampunan kepada koruptor yang bersedia mengembalikan uang hasil korupsi. Merespons hal tersebut, Habiburokhman justru menyebut Mahfud sebagai "orang gagal," sebuah pernyataan yang memicu kontroversi luas.
Melalui akun media sosial pribadinya di platform X, Islah Bahrawi mengecam sikap Habiburokhman yang dianggap lebih memilih serangan personal dibanding menjawab substansi kritik terhadap kebijakan tersebut.
"Dia pikir menjadi anggota DPR adalah puncak paling mengkilat dari pencapaian manusia. Padahal, cara kerja otaknya terlihat masih sangat 'low-rated'," tulis Islah pada Sabtu (28/12/2024).
Lebih lanjut, Islah menekankan bahwa kritik yang dilontarkan Mahfud MD sebagai akademisi dan tokoh publik seharusnya direspons dengan argumen yang berbobot, bukan serangan personal yang terkesan emosional.
"Ketika akademisi mengkritik kebijakan hukum pemerintah, 'badut Senayan' ini malah merespons dengan serangan pribadi," tambah Islah.
Pernyataan Habiburokhman tidak hanya menuai kritik dari Islah, tetapi juga dari berbagai kalangan yang menilai bahwa respons semacam itu tidak mencerminkan etika seorang pejabat publik. Kritik terhadap kebijakan publik, menurut banyak pihak, adalah bagian penting dari proses demokrasi yang sehat dan harus disikapi dengan kedewasaan politik.
Ketegangan antara kedua pihak ini mencerminkan perlunya peningkatan kualitas diskursus publik di ranah politik Indonesia. Kebijakan publik yang kontroversial seharusnya dibahas secara terbuka dengan argumen yang logis, bukan melalui serangan personal yang justru merusak citra lembaga legislatif di mata masyarakat.