NEMUKABAR.com - Sektor industri keramik Indonesia kini tengah bersiap menghadapi lonjakan permintaan yang dipicu oleh ambisi Presiden Prabowo Subianto untuk membangun 3 juta unit rumah per tahun selama periode 2024-2029. Program ini diharapkan menjadi katalisator kebangkitan industri keramik, yang selama ini menjadi salah satu sektor penting dalam pembangunan nasional.
Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI), Edy Suyanto, menyambut baik inisiatif ini. "Dengan rumah tipe 36 yang rata-rata digunakan, artinya akan ada kebutuhan sekitar 110 juta meter persegi keramik per tahun. Ini setara dengan 15% dari total kapasitas produksi kami," jelas Edy di Jakarta, Selasa (22/10/2024).
Seiring dengan rencana pembangunan 3 juta rumah per tahun, industri keramik diproyeksikan akan mengalami peningkatan signifikan. Saat ini, utilisasi industri keramik diperkirakan tumbuh menjadi 67-68%, namun optimisme tinggi menyelimuti tahun 2025, dengan target utilisasi mencapai 80-85%. Faktor pendukung utama pertumbuhan ini adalah kebijakan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) yang mulai berlaku pada 24 Oktober 2024 untuk produk keramik ubin asal China. Kebijakan ini diharapkan mampu melindungi industri lokal dari serbuan impor.
Pada tahun 2026, ASAKI menargetkan utilisasi industri keramik mencapai lebih dari 90%, mengembalikan kejayaan yang sempat dirasakan pada tahun 2012-2013. "Kami siap menambah kapasitas produksi hingga 75-100 juta meter persegi per tahun untuk mencapai total kapasitas 725 juta meter persegi," tambah Edy. Saat ini, kapasitas terpasang industri keramik nasional berada di angka 625 juta meter persegi per tahun.
Edy juga menyoroti pentingnya memanfaatkan peluang besar dari proyek 3 juta rumah dan proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang juga membutuhkan suplai keramik. "Dengan tambahan 110 juta meter persegi dari proyek perumahan ini, kami siap meningkatkan kapasitas produksi hingga 700 juta meter persegi," ujarnya.
Meski begitu, Edy memperingatkan bahwa peluang besar ini juga bisa menjadi tantangan jika tidak diantisipasi dengan baik. "Pasar domestik harus dijaga agar tidak kebanjiran impor. China, misalnya, memiliki kapasitas produksi keramik sebesar 13 miliar meter persegi per tahun, jauh melebihi kebutuhan domestik mereka, sehingga negara-negara lain sering dibanjiri produk keramik China yang oversupply," jelasnya.
Program pembangunan 3 juta rumah per tahun ini adalah bagian dari rencana ambisius Presiden Prabowo Subianto untuk membangun total 15 juta rumah selama masa jabatannya pada periode 2024-2029. Hal ini disampaikan oleh Hashim Djojohadikusumo, Ketua Satgas Perumahan, dalam sebuah acara Executive Dialogue yang digelar Real Estate Indonesia (REI) di Jakarta (10/10/2024).
"Setelah dipelajari, target kami bukan 3 juta rumah per periode, melainkan 3 juta rumah per tahun, sehingga total 15 juta rumah akan dibangun dalam lima tahun. Bahkan, jika memungkinkan, kita bisa melebihi ekspektasi dengan membangun lebih dari 15 juta unit," ujar Hashim.
Pembangunan perumahan ini tidak hanya akan difokuskan di wilayah perkotaan, tetapi juga di desa-desa, menciptakan keseimbangan dalam distribusi hunian di seluruh Indonesia. Beberapa negara, seperti Qatar dan China, juga sudah menunjukkan minat untuk berinvestasi dan membantu pembangunan 1 juta unit hunian di wilayah perkotaan.
Dengan program ambisius ini, industri keramik dan sektor konstruksi di Indonesia siap memasuki era baru yang dipenuhi peluang besar. Namun, tantangan dari produk impor dan kebutuhan untuk menjaga keseimbangan antara produksi dan permintaan domestik menjadi fokus utama para pengusaha dalam beberapa tahun mendatang.