Oleh : Muhammad Nur Kelrey (Founder M1)
Nemukabar.com - Belakangan ini, Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Joko Widodo, kembali menjadi sorotan publik setelah ia terlihat mengenakan baju bergambar “Mulyono.” Sikap Kaesang tersebut memicu perdebatan panas di media sosial dan di kalangan masyarakat. Baju tersebut dianggap tidak hanya sebagai pilihan busana biasa, tetapi sarat dengan simbolisme yang membangkitkan pro-kontra.
Bagi sebagian kalangan, apa yang dikenakan Kaesang dianggap sepele, tetapi bagi yang lebih jeli, ini memiliki makna yang dalam. Memakai baju dengan simbol tersebut di tengah dinamika sosial dan politik yang tengah panas seakan-akan merupakan provokasi terselubung.
Sikap Kaesang yang memutuskan untuk tampil dengan baju tersebut justru menimbulkan pertanyaan besar. Apakah ini dilakukan dengan sadar untuk menantang masyarakat yang kritis terhadap Jokowi alias Molyono? Ataukah ini sekadar gaya fashion yang dipilih tanpa mempertimbangkan dampaknya? Kaesang adalah figur publik, dan setiap tindakannya pasti akan dilihat dengan kacamata kritis oleh masyarakat.
Di era digital, apa yang dikenakan oleh publik figur sering kali menjadi pesan yang kuat. Baju bukan hanya sekadar busana, tetapi bisa menjadi simbol ideologi, afiliasi politik, atau bahkan sindiran terhadap pihak tertentu. Ketika Kaesang memilih baju tersebut, apakah ia menyadari dampaknya bagi masyarakat yang sedang gelisah dengan isu-isu yang terkait dengan sosok ayahnya itu?
Mirisnya, tindakan Kaesang seakan menunjukkan ketidakpedulian terhadap perasaan masyarakat. Mungkin bagi sebagian orang, hal ini terlihat sebagai sikap yang “santai” dan tidak menganggap serius isu-isu sensitif yang tengah berkembang. Namun, di sisi lain, bagi masyarakat yang merasa dirugikan atau terluka oleh permasalahan yang melibatkan sosok Jokowi alias Mulyono, ini adalah penghinaan yang nyata.
Menggunakan simbol yang kontroversial tanpa menyadari dampaknya bisa berakibat fatal bagi hubungan antara figur publik dan masyarakat. Kaesang seharusnya lebih peka dalam memahami situasi sosial piltik yang sedang berkembang di tanah air. Ada batasan dalam kebebasan berekspresi, terutama jika ekspresi tersebut bisa dianggap sebagai pelecehan terhadap kelompok tertentu.
Masyarakat membutuhkan figur publik yang bisa menjadi teladan, bukan sosok yang malah memperkeruh suasana dengan tindakan-tindakan yang terkesan tidak bertanggung jawab. Kaesang, sebagai putra seorang presiden, memiliki tanggung jawab moral lebih besar untuk menjaga keharmonisan dan kesatuan masyarakat. Tindakannya kali ini seolah-olah mencerminkan sikap tidak peduli terhadap keresahan masyarakat.
Tentu saja, ada yang berpendapat bahwa ini hanya sekadar baju, dan tidak perlu diperbesar. Namun, dalam konteks sosial-politik yang rumit seperti saat ini, setiap tindakan figur publik bisa menjadi pemicu konflik. Dalam hal ini, Kaesang seharusnya lebih berhati-hati dalam memilih simbol yang ia tampilkan di ruang publik.
Perlu diingat, Kaesang adalah seorang tokoh muda yang sedang membangun karir politiknya. Tindakan yang kontroversial seperti ini bisa merusak citranya di mata masyarakat. Bukannya mendapatkan simpati, ia justru bisa kehilangan dukungan dari sebagian besar rakyat yang merasa tidak nyaman dengan simbolisme yang ia tampilkan.
Kepekaan terhadap simbol dan pesan di baliknya sangat penting, terutama di tengah suasana politik yang sedang memanas. Kaesang mungkin berpikir bahwa ini hanya pilihan fashion, tetapi masyarakat melihat lebih dari itu. Mereka mencari makna di balik setiap tindakan figur publik, dan dalam hal ini, makna tersebut terasa sebagai tantangan terbuka terhadap opini publik.
Sangat disayangkan jika sikap Kaesang ini dianggap sepele. Sebagai tokoh yang memiliki pengaruh besar, seharusnya ia lebih bijaksana dalam bertindak. Masyarakat berharap lebih dari sosok yang menjadi sorotan publik, apalagi di tengah ketidakstabilan sosial yang sedang terjadi.
Kaesang perlu belajar bahwa tindakan dan keputusan kecilnya bisa memiliki dampak besar. Jika ia tidak ingin terus menambah ketegangan di masyarakat, ia harus mulai memikirkan kembali apa yang ia lakukan di ruang publik. Bagaimanapun, ia sedang berada di posisi yang strategis dan setiap langkahnya bisa menentukan nasib karir politiknya di masa depan.
Masyarakat bukanlah pihak yang bisa dianggap remeh. Mereka memiliki perasaan, harapan, dan kecemasan terhadap masa depan. Ketika Kaesang seolah-olah menantang perasaan mereka melalui simbol-simbol yang kontroversial, ia berisiko merusak hubungan baik yang seharusnya dijaga.
Kaesang harus menyadari bahwa menjadi publik figur berarti menerima tanggung jawab lebih besar. Setiap tindakan memiliki konsekuensi, baik positif maupun negatif. Jika ia ingin terus mendapatkan dukungan dari masyarakat, sebaiknya ia lebih peka dan bijaksana dalam mengambil keputusan.